Penulis :
Ninna Lestari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jml Halaman : 264 Halaman
ISBN : 978-602-03-3393-9
Sinopsis
Kehidupan
Rialfa Kaisar atau yang dipanggil Alfa, berubah 180 derajat sejak kematian
saudari kembarnya, Alfi, karena kecelakaan.
Setelahnya, Alfa hidup dalam kubangan kesedihan yang berlarut-larut. Belum
lagi dengan masalah ‘masa lalu’ dalam keluarganya yang kian membuatnya berubah
menjadi sosok Alfa yang berbeda di mata para sahabatnya.
Banana
adalah sosok siswi baru SMA Cakrawala
yang nyentrik dan penyuka warna kuning. Bukan hanya karena namanya yang berarti
pisang, namun gadis itu memang sangat menyukai buah pisang dan selalu membawa
buah itu kemana-kemana dan memakannya di berbagai kesempatan.
Bermula
dari namanya yang unik, Banana dipertemukan dengan Alfa dan mendapatkan
perlakuan usil dari lelaki itu. Alfa yang semakin senang mengganggu Banana
ditiap kesempatan, sementara Banana yang merasa ketiban sial karena selalu
dipertemukan tidak sengaja dengan lelaki itu, pada akhirnya selalu bertengkar
untuk segala hal.
Apakah
perasaan mereka akan berubah seiring pertemuan mereka? Atau selamanya akan
menjadi seperti pasangan Tom and Jerry dalam cerita?
************
Magic
Banana disajikan dengan bahasa yang ringan, khas anak SMA Ibu Kota, dengan bahasa
sehari-hari yang mudah sekali dicerna. Sesuai dengan temanya, membaca buku ini
memang membawaku kembali ke ingatan masa-masa SMA yang penuh warna. Banana di gambarkan
sebagai siswi baru yang tidak segan-segan memamerkan hobinya makan pisang dan
penampilannya yang nyentrik dengan serba kuning, juga sosok Alfa yang berperan
sebagai senior yang otoriter terhadap juniornya, memang sangat tepat
menggambarkan atmosfir anak muda SMA jaman sekarang.
Bukan
hanya karena menceritakan tentang Banana, buku ini juga menyajikan pengetahuan
penting tentang aneka macam pisang dan manfaatnya, yang seketika membuat saya
tiba-tiba ingin memakan buah itu. Alfa diceritakan dengan pas sebagai seorang
senior yang usil, namun banyak menyimpan kesedihan akan kematian saudarinya dan
juga masalah lain dalam keluarganya. Penulis juga menggambarkan Sosok Alfa sebagai
remaja yang selalu mengenakan jaket dan Beanie
yang menjadi ciri khasnya di mata teman-temannya. Sementara sosok Banana dengan
jiwa mudanya yang mambara, dan pantang menerima bullyan seniornya, juga digambarkan penulis dengan ciri khas yang
menonjol sebagai penyuka pisang dan warna kuning. Namun menurut saya, di
beberapa bagian, ucapan yang Banana lontarkan
terlalu dewasa untuk ukuran remaja kelas 10 SMA. Terlalu berbeda dengan gambaran penampilan
awalnya yang ceriwis dan agak childish.
“Berbeda bukan berarti nggak lebih
baik. Kadang manusia itu terlalu pemalas, mereka Cuma menilai orang lain
sekilas tanpa mau susah payah mengulas lebih dalam. Nggak selamanya yang tampak
buruk di luar, buruk juga di dalam.” (Hal 95)
Buku
ini juga kental dengan indahnya persahabatan di masa SMA. Penulis berhasil membuat saya tersentuh dengan jalinan
persahabatan yang terjadi pada kedua tokoh sentral.
“Sahabat yang baik itu bakalan
marah saat salah satu sahabatnya berbuat salah, bukan malah membenarkan atau
justru ikut-ikutan” (Hal. 115-116)
Tentunya
penulis juga tak luput untuk menyajikan kisah cinta sebagai menu utama di dalam
cerita. Buku ini mengajarkan kita untuk lebih jujur dan terbuka, juga mengajarkan
untuk merelakan dan mengikhlaskan sesuatu. Semua pemeran, baik tokoh sentral
mau pun tokoh pendukung diceritakan dengan apik oleh penulis tentang masalah
perasaan yang masing-masing dialami oleh para tokoh dan bagaimana mereka
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sayangnya
ada kata-kata yang ganjil dan kurang enak dibaca menurut saya ketika seseorang
berbicara dengan orang yang disukainya, bukannya menggunakan panggilan ‘aku-kamu’
atau menyebut nama, penulis memilih menggunakan panggilan ‘gue-lo’ seperti ke
seorang teman. Tapi tentu saja ini kembali ke selera bagaimana penulis ingin
mengeksekusinya karyanya.
Meskipun
masih ada beberapa typo di beberapa bagian,
overall saya enjoy sekali membaca buku ini. 264
halaman saya habiskan dalam sekali waktu dan dua kali duduk. Dan selama membaca
buku ini juga, imajinasi saya dipenuhi dengan warna kuning yang cerah dan
membawa kesan ceria.
Beberapa
quotes keren yang saya ambil dari buku Magic Banana:
- Tapi bukankah seringnya cinta timbul dari hal-hal sederhana yang berujung rasa? (hal. 33)
- Nggak ada yang mustahil selama kita mau berusaha. Jangan bilang ‘nggak’, tapi ‘belum’. (hal. 33)
- Lo nggak tau sih rasanya cinta bertepuk sebelah tangan. Sakitnya tuh sampai bikin sulit napas. (hal. 42)
- Solider itu nggak harus selalu sejalan dan sepemikiran, kan? Kadang perbedaan dibutuhkan sebagai pengingat. (hal. 45)
- Karena terkadang berpura-pura tidak tahu jauh lebih baik disbanding menyakiti seseorang dengan mengungkit hal yang berusaha kuat disembunyikannya. (hal. 50)
- Kesederhanaan selalu jauh lebih bermakna dibanding kemewahan yang melenakan. (hal. 58)
- Cowok itu emang makhluk visual, tapi bukan berarti kami menjadikan penampilan sebagai patokan utama dalam memilih pasangan. Kalau udah jatuh cinta, kami nggak bakal peduli sama fisik atau apapun. (Hal. 67)
- Kadang perhatian aja nggak cukup buat bikin orang jatuh cinta. Meski udah jungkir balik usaha, kalau bukan jodoh, mau gimana lagi? (hal. 104)
- Kuning tuh punya arti kehangatan dan rasa bahagia. Warna itu juga punya makna optimis, semangat, dan ceria. (hal. 106)
- Kadang cinta bermula dari hal-hal menyebalkan, dan itu tidak selalu berarti buruk. Banyak juga cinta yang berawal manis, namun berakhir miris. (hal. 133)
Dan
masih banyak quotes keren lainnya. Baca sendiri aja yaaa...
No comments:
Post a Comment
Kritik dan saran merupakan mercusuar penghibur jiwa yang telah tersesat dalam langkahnya...