Penulis : Rompaeng
Penerjemah : Suchada Ung-Amporn, Wisnu Wardhana
Penyunting : K.P. Januwarsi
Penerbit : Penerbit Haru
Proofreader : Titish A.K
Jumlah
Hlm : 296 hlm, 19 cm
ISBN : 978-602-7742-81-9
SINOPSIS
Darika
merupakan cucu dari seorang penjaga makam yang tidak memercayai adanya cinta
sejati dikarenakan masa lalu orang tuanya. Darika hidup dengan realistis untuk
bekerja demi menghasilkan uang yang banyak. Dia juga memiliki pribadi yang kuat
untuk berhemat karena kondisi keluarganya. Meski segala hidupnya dilaluinya
dengan sangat sederhana, Darika memiliki sikap yang begitu blakblakan terhadap
segala sesuatu. Karena sikapnya yang unik dan berani inilah dia akhirnya berhasil
mendapatkan perhatian bangsawan tampan, Juntharakan.
Juntharakan
Navarat memiliki segala hal yang dibutuhkan oleh kaum adam di dunia. Dia adalah
seorang bangsawan keturunan raja dengan ketampanan di atas rata-rata. Dengan
sikapnya yang tenang, dia berhasil menjadi primadona dikalangan bangsawan mau
pun rakyat biasa. Namun sayangnya, ambisinya untuk meraih kesuksesan dalam
bekerja menjadikannya sosok yang tidak terlalu memikirkan urusan percintaan.
Pertemuan
Juntatharakan dan Darika merupakan hal tak terduga, dan ketika Juntharakan
meminta gadis itu untuk menjadi bodyguardnya, demi melindunginya dari isteri
sepupunya yang centil, kehidupan mereka berdua pun berubah di luar rencana.
*********************
REVIEW
You
Are My Moon adalah novel Thailand pertama yang saya baca, dan eksekusinya
sungguh di luar ekpetasi saya. Ceritanya begitu runtun namun tidak berbelit,
menarik, dan mengalir teratur sehingga sulit berhenti untuk membaca ketika
sudah masuk ke bab dimana kedua tokoh utama bertemu. Novel ini saya habiskan
dengan dua kali duduk. Di bab awal, karena belum terbiasa dengan novel Thailand
dan nama-nama tokohnya yang asing di telinga, saya sempat jenuh membaca
terutama karena otak saya harus mencerna dan mengingat berkali-kali tentang
sebutan atau gelar yang disandang para tokoh yang kebanyakan merupakan para
bangsawan. Namun ketika memasuki bab ketiga, saya tidak berhenti membaca sampai
habis hingga semalam suntuk.
“Aku pasti sudah gila! Pikirkan tentang tubuh mayat saja,
Darika. Jenazah! Meskipun dia sangat tampan, dia pasti akan menjadi mayat juga
suatu hari nanti.” (Hal. 67)
Daripada sosok Juntharakan yang digambarkan begitu
sempurna bak dewa, saya justeru terpesona dan jatuh cinta pada sikap Darika
yang hidup sederhana, pekerja keras, dan begitu blakblakan terhadap situasi apa
pun. Bukan karena asal bicara, namun dia selalu bersikap menuruti perasaannya.
Darika
digambarkan sebagai sosok yang ‘apa adanya’, meski pun pada kenyataannya Darika
hanya tidak memedulikan penampilannya. Belum lagi sikapnya yang memberi jarak pada lelaki dikarenakan masa lalu orang tuanya
yang begitu membekas dan terpatri kuat hingga memengaruhi sudut pandang Darika
pada kehidupan percintaan. Bisa dibilang dia adalah anak broken home
dimana ayahnya lebih memilih wanita lain dan meninggalkan dia dan ibunya di
kuil bersama sang kakek. Darika juga tidak pernah malu untuk menceritakan
kondisi keluarganya pada siapa pun, namun dia akan sangat marah bila ada yang
merendahkannya.
“Sungguh. Rumahku terletak di pemakaman di dalam kuil.
Aku harus berada di sana saat sang Biksu melakukan ritual pemakaman. Rumahku
dibangun dari peti-peti mati. Ketika mereka mengkremasi mayat, mereka tidak
membakar petinya. Kami bisa menghemat banyak uang. Kakekku membangun rumah itu
sendiri. dia juga sering menulis dharma dan semua nama neraka di sana.” (Hal. 104)
Berkebalikan dengan Darika, Juntharakan memiliki kesempurnaan
dari berbagai sisi. Bukan karena kehidupannya yang kaya raya dan bergelar
bangsawan, atau wajahnya yang begitu rupawan dan sanggup membuat Darika meleleh
berkali-kali, namun karena keharmonisan keluarganyalah yang membuat Darika iri
setengah mati pada kehidupan Juntharakan. Membicarakan Juntharakan memang tak
bisa saya tampik telah mampu membuat saya mesem-mesem sendiri. Namun
cara berhemat Darika dan sudut pandang wanita itu yang begitu unik terhadap segala
situasi, berhasil memikat saya untuk menyelesaikan membaca buku ini secepat
mungkin.
“Yep. Aku memikirkannya karena aku tidak punya uang,
sehingga aku tidak sanggup membeli benda-benda ini. Sudah biasa bagi orang
berpakaian seperti kita untuk mencari sampel. Tidak ada yang peduli. Kalau ada
wanita cantik yang berpakaian sangat bagus mengambil sampel ini, orang-orang
akan memperhatikannya. Lihat kan jadi orang biasa-biasa saja bisa berguna
juga.” (Hal. 31)
Selain kedua tokoh utama tersebut, ada tiga tokoh
pendukung yang berhasil menarik perhatian saya, sehingga betah sekali untuk
melanjutkan membaca. Yang pertama adalah Praguydao Navarat, ibu Juntharakan.
meski pun usianya 57 tahun, dia selalu tampak muda karena selalu merawat
penampilannya, terutama pada rambutnya yang dipotong pendek dan sering diwarnai
karena Praguydao berpikir itu membuatnya terlihat segar dan sesuai dengan
kepribadiannya. Dia adalah sosok ibu modern yang begitu posesif terhadap anak
semata wayangnya. Meski pun begitu, dia selalu memosisikan diri sebagai ibu dan
juga sahabat bagi Juntharakan sehingga kedekatannya dengan sang anak tidak
perlu diragukan lagi. Dan yang lebih penting, Praguydao bukan hanya memiliki
nama panggilan yang sama dengan Darika, yaitu ‘Dao’, namun juga karakter dan
sifat mereka begitu mirip hingga saya menyimpulkan ketertarikan Juntharakan
kepada Darika didasari karena kemiripan karakter Darika dengan ibunya.
Sosok kedua adalah Juntharapanu Navarat, ayah Juntharakan
yang begitu berwibawa dan memiliki posesif berlebih kepada isterinya,
Praguydao. Dia sangat mencintai sang isteri sehingga selalu turut serta kemana
pun sang isteri pergi, meski pun isterinya selalu melakukan perbuatan anehnya
untuk menguntit puteranya sendiri. Juntharapanu mewariskan sifat yang bijaksana
dan berwibawanya kepada Juntharakan, sehingga dua orang ini tampak begitu
sempurna seolah tanpa cacat.
Seandainya orang lain mendengar obrolan ini, mereka akan
berpikir bahwa mereka pasti salah dengar. Karena Juntharakan tenang dan
bijaksana seperti Juntharapanu. Mereka yang tidak begitu dekat dengan
Juntharakan akan menganggap ia serius seperti ayahnya. Akan tetapi, mereka yang
dekat dengan pemuda itu tahu bahwa ia punya selera humor seperti ibunya. (Hal. 43)
Kebebasan kedua orang tua Juntharakan untuk membiarkan
Juntharakan membuat keputusan sendiri dalam hidupnya inilah yang membuat saya
takjub. Belum lagi sikap penerimaan mereka kepada Darika, yang notabenenya
hanyalah gadis miskin, jauh sekali dengan kalangan mereka. Seolah harta
bukanlah apa-apa. Bukan hal yang besar untuk menjadi penghalang cinta anaknya.
Sosok
ketiga adalah Pitchaya, isteri sepupu Juntharakan. Dia memiliki karakter yang
haus akan gelar dan kekuasaan, dengan penampilan yang sengaja dibuat mencolok demi
memikat hati Juntharakan. Di depan suaminya, Pitchaya tampak sebagai sosok yang
lembut dan penyayang serta sangat mencintai suaminya. Namun sebenarnya dia
memiliki ambisi besar untuk mendapatkan lelaki yang lebih tinggi derajatnya,
dan juga lebih kaya tentunya, seperti Juntharakan. Membaca bagian Pitchaya,
bikin saya gemes-gemes kasihan. Tingkahnya yang konyol dalam menarik perhatian
Juntharakan, secara halus maupun kasar, selalu berhasil dibuat skakmat
oleh ucapan maupun perbuatan Darika yang memang bertugas menjaga Juntharakan
dari wanita itu.
Pokoknya
buku ini berhasil mengalihkan dunia saya. Lupa banget waktu. Hanya sedikit
sekali typo yang saya temukan. Bisa dihitung dengan jari. Kekurangan
pada buku ini hanya pada sudut pandang saya pribadi sebagai pembaca yang belum
terbiasa dengan segala hal menyangkut Thailand dan nama-nama serta gelar yang
melekat pada masing-masing karakter.
Namun
membaca ini juga memberikan sudut pandang baru bagi saya yang baru pertama kali
membaca buku terjemahan Thailand yang ternyata disusun dengan ciamik sekali. Jalan
ceritanya sangat mengalir dan setting waktu mau pun tempat dijelaskan
dengan gamblang. Belum lagi saya juga dikenalkan dengan beberapa tempat
terkenal di Thailand. Menumbuhkan keingintahuan dan minat saya untuk
menyambangi negeri tersebut.
4,5 bintang untuk buku
ini.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny