Tuesday 20 December 2016

[REVIEW] Being Henry David


Penulis             : Cal Armistead
Penerjemah      : Dewi Sunarni
Penyunting      : Novianita
Penerbit           : Penerbit Spring
Proofreader     : Seplia
Jumlah Hlm     : 256 hlm, 19 cm
ISBN               : 978-602-71505-7-7

SINOPSIS

‘Hank’ tersadar di Stasiun Penn, New York tanpa ingatan. Pemuda berumur tujuh belas tahun itu tidak tahu namanya, siapa dirinya, dan dari mana ia berasal. Satu-satunya petunjuk yang ia miliki adalah sebuah buku berjudul ‘Walden’ karya Henry David Thoreau yang ada di tangannya.
Menggunakan buku itu, ia mencoba mencari jati dirinya. Dapatkah ia mengingat kembali siapa dirinya? Atau lebih baik dia tidak mengingatnya sama sekali?
***************

REVIEW

‘Hank’ sebenarnya bukanlah nama sang tokoh utama. Hank mendapatkan nama itu dari teman pertama yang didapatkannya ketika hilang ingatan, yaitu Jack. Jika saya berada di posisi Hank, saya mungkin sama bingungnya dengan lelaki itu. Terbangun dengan otak tanpa ingatan, dan hanya bermodal sebuah buku Thoreau di tangan, bukanlah keadaan yang menyenangkan. Namun karena buku itu satu-satunya petunjuk, Hank pun mulai menjalani hidup dengan menelusuri darimana Thoreau berasal, berharap bahwa di sana Hank bisa mendapatkan kembali ingatannnya.
Bisa saya katakan bahwa buku ini filosofis sekali. Hank melakukan semua hal yang ada dalam buku, meski pun itu dimaksudkan sebagai petunjuk untuknya, namun kenyataannya Hank merasa ada banyak sekali kemiripan dirinya dengan Thoreau, terlebih dia menghafal isi buku Walden tersebut. Maka dengan hanya bermodal buku dan praduganya yang kuat, dia pun mulai mencari identitas dirinya dengan mencari tahu semua tentang Thoreau.
Bagi saya yang penyuka filsafat, meski pun tidak bisa dikatakan ahli dalam bidang tersebut, saya terhanyut sekali ke dalam buku ini. Apalagi dengan banyaknya kalimat-kalimat Thoreau yang menyentuh sanubari saya, hampir menyentuh batas empati, sehingga saya merasa bahwa saya adalah sosok Hank yang tengah mencari jati diri.
Berikut kata-kata Henry David Thoreau yang membuat saya terpukau:
1.      Aku menyadari bahwa menyendiri adalah bagian terbaik dari waktu. Ditemani, walaupun dengan sahabat terbaik, akan segera melelahkan dan lenyap. Aku sangat menyukai kesendirian. Aku tidak pernah menemukan sahabat yang setia seperti kesendirian. (Hal. 61)
2.      Jika seseorang tidak bisa menyamakan langkah dengan teman-temannya, mungkin itu karena dia mendengarkan penabuh genderang yang berbeda. Biarkan dia melangkah sesuai irama music yang dia dengar, seberapa pelan atau cepatnya itu. (hal. 62)
3.      Aku mengetahui ini, setidaknya, lewat percobaanku; bahwa jika seseorang bergerak dengan penuh keyakinan diri menuju mimpi-mimpinya, dan berusaha keras untuk menjalani hidup yang dia bayangkan, dia akan meraih keberhasilan yang tak terduga kelak. (Hal. 62)
4.      Lebih daripada cinta, daripada uang, daripada ketenaran, berikan aku kebenaran sebagai kekayaan yang sejati. (Hal. 244)
5.      Alam semesta lebih luas daripada pandangan kita tentangnya. (Hal. 245)
6.      Banyak laki-laki yang menjalani kehidupan dengan keputusasaan tersembunyi. (Hal. 245)
7.      Saat kita kehilangan dunia, barulah kita mulai menemukan diri kita sendiri. (hal. 245)
8.      Aku pergi ke hutan karena aku ingin hidup bebas, untuk menghadapi hanya fakta-fakta penting dalam hidup, dan melihat jika aku tidak bisa belajar dari apa yang akan diajarkannya, dan tidak, ketika aku akan mati, menyadari bahwa aku belum menjalani kehidupan. (Hal. 76)
Dan dengan semua kalimat-kalimat Thoreau tersebut, Hank mulai menjalani hidup dengan berliku-liku. Ketika kemudian puzzle ingatannya mulai tersusun, saya tidak mendapatkan kejutan-kejutan berarti seperti yang saya harapkan. Terlebih ada banyak typo bertebaran. Namun tentu saja karena Hank menjalani kehidupan tanpa ingatan dengan bermodal kalimat-kalimat Thoreau inilah yang bagi saya menjadi nilai keindahan tersendiri bagi buku ini. Seolah Hank tengah menjalani hidup sebagai seorang filusuf, dan bagi saya kisah ini cantik sekali. Begitu elegan karena banyak keindahan kata. Membuat angan saya melambung tinggi membayangkan kalimat-kalimat Thoreau yang puitis sekali.

4 bintang untuk buku ini.

1 comment:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete

Kritik dan saran merupakan mercusuar penghibur jiwa yang telah tersesat dalam langkahnya...

[REVIEW] Momiji

Penulis             : Orizuka Penyunting      : Selsa Chintya Penerbit           : Penerbit Inari Penyelaras       : Brigida Ru...