Saturday 11 March 2017

[REVIEW] Badut Oyen


Penulis             : Marisa Jaya, Dwi Ratih Ramadhany, Rizky Noviyanti
Ilustrator         : Staven Andersen
Editor              : Anastasia Aemilia
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Hlm     : 224 hlm, 20 cm
ISBN               : 978-602-03-0349-9

SINOPSIS
Oyen, si badut kampung, ditemukan mati gantung diri di kamarnya. Tak seorang pun percaya pria sebaik Oyen bisa seputus asa itu hingga mengakhiri nyawanya sendiri. Pihak kepolisian berusaha mengusut kasusnya dan menemukan banyak keganjilan dalam kematian pria itu. Tetapi, ketika tersangka yang dicurigai polisi ditemukan mati mengenaskan, kasus kematian Oyen kembali tak terpecahkan. Kampung mereka diteror hantu badut yang menghampiri anak-anak, bahkan mulai meminta korban.
Apa yang sebenarnya terjadi?
*********************

REVIEW
Buku ini dibuka dengan kejadian mengerikan tentang kematian badut Oyen yang ditemukan mati gantung diri. Bab berikutnya alur cerita mundur untuk menceritakan hari-hari Oyen sebagai badut. Oyen digambarkan sebagai sosok badut yang murah hati dan sangat menyayangi anak-anak. Dia adalah tipe yang pekerja keras, namun rela tidak dibayar demi membuat anak-anak tertawa. Bersama Suparni sahabatnya, Oyen menjalani bisnis sebagai badut dengan kondisi keuangan mereka yang mengenaskan. Sifat murah hati Oyen yang menurut Suparni keterlaluan inilah yang sering membuat Suparni memarahinya, meski pun pada akhirnya mereka selalu kembali akur karena bagaimana pun, Suparni tidak bisa berlama-lama membenci lelaki yang diam-diam dicintainya tersebut.
“Kenapa kamu harus bersusah-susah begini?” tanya Suparni amat khawatir.
“Jangan pertanyakan soal lelah karena bila dipikir, duduk pun kadang terasa melelahkan,” jawab Oyen diiringi senyum lebar.
“Siapa yang membayarmu untuk tampil di sini?” tanya Suparni lagi.
“Tuhan.” Oyen menjawab dengan yakin. (Hal. 36)
Melalui prolog yang mencekam tentang badut Oyen yang ditemukan mati gantung diri, kemudian beralih pada alur mundur dimana diceritakan kehidupan Oyen sebagai badut super ramah dan murah senyum meski pun kondisi keuangannya begitu sulit, rasa-rasanya sebagai pembaca pun saya dibuat tak habis pikir mengapa seorang Oyen yang begitu optimis menjalani kehidupan bisa mengakhiri hidupnya seperti itu. Ditengah praduga-praduga yang bermunculan di benak saya, alur cerita kemudian membawa saya pada kengerian yang dapet banget sampai menggigil bulu kuduk.


Buku keluaran bakat-bakat para penulis GWP (Gramedia Writing Project) ini menghasilkan tulisan kolaborasi tiga orang penulis yang apik sekali. Feel misteri dan kengerian yang mencekam benar-benar terasa. Sosok hantu badut Oyen seakan-akan berada di belakang saya. Apalagi ketika membacanya pun di malam hari. Dan sungguh, karena rasa penasaran akan misteri kematian Oyen dan otak saya yang terus main tebak-tebakan inilah yang membuat saya tak henti membaca sampai habis. Hanya dengan sekali tiduran (saya selalu membaca dengan posisi tiduran ^^).
Ada dua tokoh penting yang berhasil mendapat perhatian saya. Yang pertama adalah Iryanto, ketua RT kampung dimana Oyen tinggal. Iryanto digambarkan sebagai ketua RT yang berwibawa. Meski pun ada banyak teror yang meresahkan warga, Iryanto yang meski pun juga merasa takut, namun selalu berhasil menenangkan warganya. Meski pun Iryanto termasuk orang yang mudah dipengaruhi oleh orang lain untuk melakukan tindakan di luar keinginannya, bagi saya sosok Iryanto berhasil menjadi penenang bagi warganya, apalagi dialah orang yang bersikeras meminta polisi untuk mengusut kasus kematian Oyen.
Sosok kedua adalah Suparni, sahabat perempuan Oyen yang tinggal serumah dengan lelaki itu sekaligus bekerja padanya. Suparni bisa saya katakan sebagai sosok yang hebat karena selalu mendampingi Oyen disaat-saat tersulit lelaki itu. Dia juga rela bekerja tidak digaji, karena bagaimana pun, Suparni sangat mencintai Oyen meski pun lelaki itu tidak pernah menyadarinya.
Kematian Oyen tentunya menjadikan Suparni sebagai orang yang berkemungkinan besar mengambil peran andil di dalamnya. Meski pun dia tidak ditetapkan sebagai tersangka, namun kecurigaan Polisi dan beberapa warga terarah padanya, termasuk juga saya sebagai pembaca. Di sinilah hebatnya penulis yang begitu apik menyusun teka-teki sedemikian rupa, hingga sulit sekali menerka, bahkan untuk menuduh atau menjatuhkan tersangka pun rasanya banyak kata ‘gak mungkin’ berkelebatan di benak saya. Belum lagi ketika para korban setelah kematian Oyen mulai berjatuhan. Otak saya yang menolak bahwa hantu tidak mungkin bisa membunuh manusia pun mulai menyusun kembali terka-terkaan yang lebih masuk akal, dan justeru saya dibuat geleng-geleng kepala pada akhirnya.
Setting tempat dalam cerita tidak disebutkan dengan jelas, namun saya menduga, dengan seringnya banjir yang terjadi, juga stasiun televisi dimana Oyen pernah bekerja, setting cerita ini berada di Ibu Kota. Sedangkan alur yang digunakan adalah alur maju, dan hanya sedikit menggunakan alur mundur di beberapa bab yang menjelaskan tentang kehidupan Oyen sebagai badut.
Buku ini berhasil tereksekusi dengan cukup brilian, dengan ide-ide yang lumayan mencengangkan, namun sayangnya misteri kematian Oyen tidak dijelaskan apakah warga dan polisi berhasil memecahkannya, karena saya menduga hanya pembaca saja yang tahu misteri kematian Oyen. Untuk beberapa saat, saya merasa misteri yang disajikan cukup mudah namun juga sulit di saat yang bersamaan. Penggambaran tiap sisi kampung dimana Oyen tinggal membawa pikiran saya menelusuri kampung sendiri dan membayangkan ada sosok badut Oyen di tiap sudut kegelapan. Dan ini benar-benar luar biasa karena mampu memengaruhi saya.
4 bintang untuk buku horor ini.



[REVIEW] Momiji

Penulis             : Orizuka Penyunting      : Selsa Chintya Penerbit           : Penerbit Inari Penyelaras       : Brigida Ru...